InfoBeritaDunia-DPD Real Estat
Indonesia (REI) Jawa Tengah mengaku kesulitan membangun rumah tapak sederhana. Kesulitan
tersebut dirasakan, karena terkendala ketersediaan lahan meski harga rumah naik
sebesar 30 persen.
”Pengembang saat
ini susah mencari lahan. Lahan di daerah pinggiran sudah mahal, sehingga tidak
mungkin dibuat rumah tapak sederhana,” kata anggota DPD REI Jateng Bidang
Promosi, Humas, dan Publikasi Juremi.
Sementara,
lanjut Juremi, untuk membangun rumah tapak sederhana dibutuhkan pembangunan
infrastruktur dan lingkungan yang sudah siap. Setelah itu, jika sesuai dengan kriteria
dari Kementerian Perumahan Rakyat terpenuhi, maka anggaran baru dikucurkan.
”Sebenarnya para
pengembang senang membuat rumah tapak sederhana meskipun keuntungan yang
diperoleh sedikit. Tapi, rumah yang dibangun dapat terserap cepat. Namun,
karena kendala lahan, pengembang sulit untuk menyediakannya,” jelas Juremi.
Pemerintah,
sebelumnya telah menaikkan harga rumah tapak sederhana di zona satu naik dari
Rp 88 juta menjadi Rp 105 juta. Sedangkan untuk zona dua, dari Rp 95 juta
menjadi Rp 115 juta, dan zona tiga naik dari Rp 145 juta menjadi Rp 165 juta.
Sementara itu, penjualan
rumah tengah mengalami masa sulit. Hal itu dikarenakan adanya peraturan uang
muka pembelian rumah 30 persen. Jika sebelumnya masyarakat bisa membeli di
bawah 30 persen, kini harus minimal 30 persen.
Akibatnya,
pengembang tidak bisa mendapatkan modal lebih untuk pembangunan. Terlebih lagi,
kredit pemilikan rumah (KPR) baru dapat dilakukan saat rumah sudah siap huni.
Untuk mengatasi hal
tersebut, REI Jateng terus melakukan berupaya menekan penurunan penjualan rumah.
Di antaranya, dengan melakukan pameran.
0 comments:
Post a Comment